Bermain Data Ekspor Migas Versus Ekspor Non Migas Indonesia 1975-1990

Sitti Rasuna W.
No. Urut: 2
0906490626

Data from UN Comtrade

Ketika membahas perekonomian Indonesia tahun 1975-1990, maka akan melewati awal tahun 80-an. Oil bonanza alias oil boom yang terjadi di Indonesia menjadi isu penting saat itu. Setelah mengalami oil boom I pada awal tahun 1970-an, oil boom II mendera lagi pada tahun 1979-1982. Harga minyak mentah Indonesia (Minas) sebesar US$15,65/barrel pada tahun 1979, menukik tajam menjadi US$35,00/barrel pada tahun 1982. Pendapatan Indonesia dari ekspor migas meningkat dan kurva ekspor migas mengarah naik. Selanjutnya pada pasca oil boom tahun 1982, kurva ekspor migas merangkak turun. Harga minyak setelah itu menurun menjadi US$29,53  yang berlaku sejak 23 Februari 1983, dan paling parah pada tahun 1986 hanya sebesar US$ 9,83/barrel. Namun kemudian, kurva ekspor migas mengarah naik setelah tahun 1988.

Peranan ekspor migas ketika oil boom II memperluas jarak dengan ekspor nonmigas. Jurang antara kedua kurvanya sangat lebar karena ekspor migas sedang pada puncak-puncaknya. Selanjutnya yang terjadi ialah euforia akibat bonanza minyak yang menyebabkan ketimpangan dalam masalah politik, meningginya korupsi, dan lainnya yang membuat peranan migas dalam pendapatan Indonesia mengecil. Di titik tahun 1986, dicanangkanlah reformasi ekonomi, yakni untuk memajukan sektor nonmigas. Hasilnya ialah setelah tahun 1986, pendapatan dari ekspor nonmigas meningkat bahkan melebihi nilai ekspor migas.

Data:
UN Comtrade
http://comtrade.un.org/db/

Data Ekspor Migas VS Non Migas 1975-1990

Referensi:
Neraca Pembayaran dan Perdagangan Luar Negeri – Bappenas
www.bappenas.go.id/get-file-server/node/6732/

8 thoughts on “Bermain Data Ekspor Migas Versus Ekspor Non Migas Indonesia 1975-1990

  1. […] yang mengakibatkan ekspor migas menjadi primadona di Indonesia, seperti yang telah diposting oleh Sitti Rasuna sebelumnya, beberapa tahun ini justru potensi produksi non migas Indonesia cukup bersinar. Walau […]

  2. ajijayanti says:

    Akhirnya comment pertama di postingannya una. Wooohooo!!
    Oil boom emang sesuatu ya di era 70an dan 80an, andai gk ada korupsi saat itu dan uangnya bener2 dipake buat ngebangun Indonesia bakalan kaya apa ya Indonesia saat ini? *Imaginary world

    • Una says:

      Asik dikomen Aji…
      Kalau kayak gitu, lo nggak lahir Ji. Kan kalo negara kaya, anaknya dua cukup 😛
      Andai gitu, udah ada MRT, gak ada kereta ekonomi lagi, terminal jadi keren, pasti keren banget Indonesia. Asik kali ya. *imaginary world juga…

  3. Oil boom pada saat itu disebabkan dibukanya investasi asing di biding migas. PSC (production sharing contract) mulai dibentuk pada saat sebelum 1970, produksi minyak mulai meningkat setelah ladang-ladang minyak mulai berproduksi.

  4. rivai says:

    kok menurun ya grafiknya ekspor migas???
    tahun 86 ntu masih jamannya pak harto ya?
    tapi bagus juga ekspor yg non migas naik.
    kalo sekarang impor2n ih yang lagi marak :p

  5. romado thesis says:

    JAdi sebenarnya produksi migas indonesia itu memang menurun ato malah hasilnya/ datanya yang dicolong ato dipalsu sama pejabat pertamina???

Leave a reply to Una Cancel reply